Menjelang 2025, para pakar pemasaran mengingatkan perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam menentukan strategi branding mereka. Salah satu kesalahan besar yang sering terjadi adalah overpromising atau memberikan janji berlebihan kepada konsumen tanpa memastikan bahwa janji tersebut benar-benar dapat dipenuhi.
Overpromising kerap dilakukan untuk menarik perhatian audiens dalam waktu singkat, tetapi dampak jangka panjangnya dapat sangat merugikan. Ketika konsumen menemukan bahwa produk atau layanan tidak sesuai dengan klaim yang dibuat, mereka tidak hanya merasa kecewa tetapi juga kehilangan kepercayaan pada merek tersebut. Di era digital ini, keluhan konsumen dapat dengan mudah menyebar di media sosial dan forum online, yang pada akhirnya dapat merusak reputasi perusahaan secara signifikan.
"Persaingan yang ketat sering kali membuat perusahaan tergoda untuk menjanjikan hal-hal yang melebihi kemampuan mereka. Namun, dalam jangka panjang, konsumen lebih menghargai merek yang jujur dan konsisten daripada yang hanya pandai membuat klaim besar tanpa bukti," kata Dita Wijaya, konsultan brand development.
Untuk menghindari jebakan ini, perusahaan disarankan untuk fokus pada nilai inti dan keunggulan nyata dari produk atau layanan yang ditawarkan. Strategi storytelling yang autentik dan transparan dapat menjadi solusi yang efektif. Dengan membangun komunikasi yang jujur dan berorientasi pada kebutuhan pelanggan, merek dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan bertahan lama dengan audiens mereka.
#advertisingmalang #advertisingterbaikmalang #studiodesainmalang #desainagencymalang #agencymalang #brandagencymalang